Jumat, 30 September 2011

PADAN TAMBA (Raja Humuntor) dengan MANURUNG (Hutagurgur)


Raja Mangarerak /Br Hutahot mempunyai 1.anak yaitu R.Toga Manurung dan 1. Putri Br similingiling,  sedang R.Mangatur kawin dengan Br Harugasan Sagala dan punya anak 3 orang,
1. Raja Sitorus
2. Raja Sirait
3. Raja Butarbutar

R.Manurung kawin dengan Ampuljulu putri Sariburaja II (Pasaribu) dan Br si Sumaing juga br Pasaribu. R.Toga Manurung anaknya 3 dan putrinya 2 orang.
Anaknya :
1. Raja Hutagurgur
2. Raja Hutagaol
3. Raja Manoroni

Borunya :
Raja Toga Manurung Br Pintahaomasan kawin kepada RajaTambun dan Anian Nauli kawin kepada Raja Turi.

Raja Hutagurgur anaknya 4
1. Banualuhung
2. Batunanggar
3. Torpaniaji
4. Parpinggollobilobi di Simalungun/Manik.

Banualuhung anaknya 2 orang
1. Patuanjong
2. Raja Mangatur

Raja Mangatur Manurung kawin dengan Nantiraja br Rumapea.
Raja Mangatur anaknya 7
1. Purajanaualu
2. Patubanban
3. Ompuniunggul
4. R.Sijambang
5. Sompaoloan
6. Tuansogar
7. R.Humuntor gabe marga Tamba dan gantinya Boru Napuan (boru Ni Tamba/boru Rumapea) sehubungan Tuan Sogar (R. Mangatur boru Rumapea generasi ke VI Nairasaon) marpariban dengan Tamba/br Rumapea. 

R.Mangatur Manurung Generasi VI dari Nairasaon atau Generasi IV dari R.Manurung marpariban dengan Tamba kira-kira generasi yang sama dengan Raja Mangatur generasi VI yaitu generasi ke 6 Naiambaton atau generasi ke 5 Raja Tamba Tua . R.Mangatur Manurung/Nantiraja Br Rumapea dan Tamba/Nantimalela Br Rumapea.Dalam kisahnya R.Mangatur punya 7,org anak laki-laki dan demikian juga Tamba tersebut punya putri tanpa ada anak laki-laki. Timbul kesepakatan mereka bertukar dimana anak si R.Mangatur yang namanya R.Humuntor dijadikan anaknya Tamba dan putri Napuan Tamba dijadikan putri R.Mangatur Manurung dari saat itu resmilah R.Humuntor marga Tamba dan Boru Napuan jadi Br Manurung yang kawin dengan Marga Damanik.

Banyak yang mengira Padan ini terjadi antara Tamba dengan Manurung Simanoroni, namun bila dilihat dari Turi-turian sesungguhnya yang berpadan adalah Tamba dengan Manurung Hutagurgur. Namun diperkirakan Tamba yang marpadan dengan Manurung Hutagurgur ini adalah Tamba Sitonggor, namun masih ditelusuri silsilahnya dimanakah posisi Raja Humuntor dalam tarombo Tamba Tua. Namun oleh karena padan ini, membuat hampir marga Tamba pun berpadan dengan Manurung, apabila semua marga Tamba marpadan dengan Manurung, maka marga manjae Tamba Tua pun haruslah marpadan dengan Manurung Hutagurgur karena marga manjae Tamba Tua adalah satu saudara dengan Tamba, dan lebih dekat hubungan Tamba Sitonggor dengan Siallagan dan Turnip dibandingankan Tamba Sitonggor dengan Tamba Lumban Toga-tonga dan Tamba Lumban Toruan, karena Tamba Sitonggor Siallagan dan Turnip masih lebih dekat, yaitu satu bapa Marria Raja. Begitu juga dengan Tamba Lumban Tonga-tonga yang lebih dekat dekat Si Opat Ama (Sidabutar, Sijabat, Siadari, Sidabalok) karena satu bapa Tuan Lumban Tonga-Tonga, begitu juga dengan Tamba Lumban Toruan dengan Ronatio (Rumahorbo, Napitu, Sitio) serta Sidauruk, namun semuanya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sampai kapanpun hingga ke atas satu bagian Pomparan Raja Naiambaton. 

Jadi, padan Tamba dengan Manurung terjadi di masa Raja Humuntor anak ni Raja Mangarerak Manurung generasi ke VI Nairasaon menjadi anak ni Tamba/boru Rumapea dan Napuan boru Tamba menjadi boru ni Raja Mangatur Manurung.


Kamis, 29 September 2011

Menelusuri Astrologi di Tanah Batak (2)


Zodiak Diistilahkan Parmesana-12, Mirip tapi Tanggalnya Beda Tipis

Nenek moyang orang Batak sejak zaman dahulu kala telah memiliki zodiak manusia, yang disebut dengan istilah Parmesana-12 (baca: parmesana-sampulu dua). Inilah hasil penelusuran Dr Sudung Parlindungan Lumbantobing, dari sejumlah Datu bidang astrologi Batak di sepanjang Pantai Barat, Pantai Timur, serta pedalaman Tanah Batak.

Dalam astrologi Yunani yang banyak dianut dunia internasional, zodiak lebih dikenal nama-nama Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricoren, Aquarious, dan Pisces. Sedangkan di tanah Batak, zodiak atau Parmesana-12 dikenal dengan nama-nama: Marhumba Periuk (simbol hudon), Mena (simbol ikan), Gorda (simbol kambing), Marsoba (kupu-kupu), Nituna (cacing), Makara (kepiting), Babiat (singa), Hania (elang), Tola (pohon), Martiha (batu), Dano (air), dan Harahata (kodok).

Zodiak Yunani dan Parmesana-12 ada kemiripan dalam tanggal, tapi tetap berbeda meski tipis. Misalnya kepiting dalam astrologi Yunani adalah yang lahir tanggal 21 Juni-21 Juli. Sementara dalam Parmesana-12, makara (kepiting) adalah orang yang lahir tanggal 19 Juli-20 Agustus.

”Waktu atau partingkian bagi manusia yang kurang menyadari, terasa lama. Tetapi setelah dilalui, terasa singkat ketika tiba-tiba menyadari bahwa pagi telah berganti siang, dan gelap mulai menjelang malam, dan yang terjadi adalah penyesalan. Menyadari hal itulah, maka orang Batak tempo dulu pergi marguru atau mangalualu (bertanya) kepada Datu,” jelas  Dr Sudung Parlindungan kepada METRO.

Oleh Datu, ditiliklah rasi bintang kelahiran seseorang dan diperkirakan dengan futurologi masa dulu, apa dan bagaimana dia, sesuai kemampuan terbatas sang Guru atau Datu meramalkannya. ”Benar tidaknya, terserah kepada masing-masing orang Batak tempo dulu itu,” kata  Dr Sudung.

Parmesana-12 orang Batak mempunyai dasar perkiraan dan simbol zodiak sebagai berikut:

Kelahiran 9 Februari sampai 10 Maret dilambangkan dengan simbol hudon atau dalam bahasa ramal Marhumba Periuk. Ini mempunyai sifat sosial, umumnya mereka mudah menyesuaikan diri dengan orang lain.Banyak taktiknya dan disukai orang lain. Hanya saja sering pelupa, sehingga sering dianggap sebagai orang yang ingkar janji. Cocok menjadi guru, datu, dan tabib.

Kelahiran 11 Maret sampai 12 April dlambangkan dengan simbol ikan (mena), mempunyai sifat  suka mengalah, lincah, dan agak kikir serta suka bergaul dan rukun. Keberuntungannya cenderung menyukai perdamaian daripada keributan. Cocok menjadi seniman, sopir.

Kelahiran 13 April sampai 14 Mei dilambangkan dengan simbol kambing (gorda) mempunyai sifat agak cengeng dan suka akan hal-hal baru. Daya pikirnya luas dan selalu ingin berkembang dan liar. Sifat pantang mundurnya menyebabkan dia dapat menjadi pemimpin yang sukses. Cocok menjadi pegawai, guru, Datu, pengembara, wartawan, tentara.

Kelahiran 15 Mei sampai 16 Juni disebut Marsoba, dilambangkan dengan simbol kupu-kupu. Mempunyai sifat sabar, telaten, dan lamban menyesuaikan diri. Ia pemikat yang jitu. Tapi kalau sudah marah, bisa frustasi dan hancur-hancuran. Dia pandai berhemat, tetapi kalau menginginkan sesuatu tidak menanggung resiko  apapun. Cocok menjadi seniman, perawat, juru runding, pemasaran, dan pengusaha.

Kelahiran 17 Juni sampai 18 Juli disebnut Nituna, dilambangkan dengan cacing. Mempunyai sifat sosial. Sifatnya yang kurang baik adalah pendapatnya yang sering berubah dengan kata lain tidak berpendirian tetap. Tetapi daya pikirnya luas dan jiwanya selalu hidup tak senang pada  perubahan baru. Cocok menjadi pionir, serdadu, polisi, perencana, dan pelaut.

Kelahiran 19 Juli sampai 20 Agustus, disebut Makara, dilambangkan dengan simbol kepiting. Mempunyai perasaan sangat halus dan suka menyendiri. Sifat penyayangnya amat besar, terutama terhadap binatang. Golongan ini tidak senang foya-foya, lebih senang hidup di rumah daripada bepergian. Cocok menjadi serdadu, penyawah, saudagar, tabib, dan rohaniawan.

Kelahiran 21 Agustus sampai 22 September disebut Babiat, dilambangkan dengan singa. Ia bersifat jujur, pemberani, dan terus terang. Karena itu di mana-mana ia dipercaya orang. Sayangnya dia sangat mudah naik darah walaupun cepat juga menjadi baik. Cocok menjadi serdadu, guru, Datu, pendekar, dan pelopor.

Kelahiran 23 September sampai 24 Oktober, disebut Hania dilambangkan dengan simbol elang yang berarti kesucian. Sifatnya yang tampak adalah kritis, jadi cocok kalau jadi kritikus. Dia tidak mau menerima apa saja yang diterangkan seseorang dan pekerjaannya selalu rapi. Golongan ini tidak senang menonjolkan diri di depan umum, dan firasatnya amat tajam. Cocok menjadi pedagang, saudagar, pelaut, dan pionir.

Kelahiran 25 Oktober sampai 26 November disebut Tola, dilambangkan dengan pohon. Biasanya tidak mudah tersinggung. Perasaannya halus. Dalam mengambil keputusan kadang-kadang tampak lambat sehingga sukar dipengaruhi. Kurang pandai menyesuaikan diri dalam pergaulan dan senang berpakaian indah. Cocok menjadi guru, petani, padri, tabib, dan pimpinan.

Kelahiran 27 November sampai 28 Desember dinamai Martiha, dilambangkan dengan simbol batu. Mmepunyai semangat kuat dalam menempuh segala hal. Sifatnya yang agak aneh ialah sering merahasiakan sesuatu dan tertutup. Biasanya tabah dalam menghadapi segala rintangan. Ulet dan tidak suka bersenda gurau. Cocok menjadi datuk, pendekar, peneliti, serdadu.

Kelahiran 29 Desember sampai 30 Januari disebut Dano, dilambangkan dengan air. Mempunyai sifat berani mengadu untung. Biasanya mempunyai tubuh yang kuat hingga cocok menjadi olahragawan. Cerdas dan rajin bekerja. Berjiwa sosial tinggi tetapi kadang-kadang sombong. Cocok menjadi rohaniawan, tabib, guru, intelijen.

Terakhir kelahiran 31 Januari sampai 8 Februari disebut Harahata, disimbolkan dengan kodok, mempunyai sifat tekun mengerjakan sesuatu, pantang mundur. Tetapi ia tidak mudah percaya akan omongan orang. Cocok menjadi penyanyi, sastrawan, pengarang, budayawan, wartawan, penulis.

”Itu hanya gambaran dasar dari Parmesana-12. Masih ada beberapa ciri khas masing-masing, selengkapnya ada di buku yang sedang saya susun, berjudul ’Menelusuri Astrologi di Tanah Batak’, yang diharapkan dapat segera dicetak,” kata Dr Sudung.

Dalam menilik futurologi seseorang, jelas Dr Sudung lagi, Guru dan datu biasanya menkrosceknya dengan panggorda na-pitu atau na walu. ”Datu atau Guru yang mempunyai talenta di bidang itu akan membicarakan nasib peruntungan seseorang berdasarkan pembicaraan roh melalui mulutnya, tentang hari baik, hari buruk, yang sebenarnya bisa diterjembahkan secara logika masa kini. Karena bisa dipelajari lewat pustaha,” katanya. (bersambung)

Sumber : http://dameambarita.wordpress.com

Rabu, 28 September 2011

Menelusuri Astrologi di Tanah Batak (1)

Tahun Batak Dimulai Saat Terbenamnya Bintang Orion di Ufuk Barat


 Sejak dahulu kala, ternyata nenek moyang orang Batak telah mengetahui perkiraan waktu dan rasi bintang, sebagaimana halnya dengan bangsa Yunani dan bangsa Cina. Kelahiran seseorang dikatakan ’Masiboan Porda na do tu langgu ni sasabi, masiboan bagianna do tu  si ulu balang ari’.  Inilah hasil penelusuran Dr Sudung Parlindungan Lumbantobing soal astrologi di Tanah Batak.

Dame Ambarita, Tapteng

Ditemui METRO di Kantor Radio Suara Anugerah (Rasurah) milik Pemkab Tapteng di Pandan, Senin (12/1) kemarin, Dr Sudung Parlindungan Lumbantobing tampak masih segar dan energik. Padahal, usianya sudah 70-an tahun. Bincang-bincang soal astrologi di Tanah Batak, mantan Kepala Stasiun RRI di berbagai kota ini mengatakan, dirinya tidaklah piawai. ”Saya hanya menelusuri dan mencoba menjelajahi pemikiran orang Batak dulu, khususnya para Datu bidang astrologi Batak di sepanjang Pantai Barat, Pantai Timur, serta pedalaman Tanah Batak,” katanya dengan nada merendah.

Dari hasil penelusuran tokoh yang sering memakai nama samaran Mamak Sulto ini, ada strata ilmuwan Batak. Stratifikasi intelektual atau tingkatan cendekiawan dalam susunan masyarakat Batak dahulu terdiri dari Guru, kemudian Datu, dan terakhir Ompung atau Ompu. ”Predikat Keguruan seseorang diperoleh dari pengamatan dan penelitiannya, kemudian mengajarkan kepada para Datu. Seorang Datu dipercaya sebagai manusia yang sarat dengan pengalaman, perguruan, maupun ilham yang diperoleh. Sedang Ompu diakui otoritas dan kebenaran kata-katanya, pengaruhnya terutama kepada keturunan dan generasi di belakangnya,” kata Dr Sudung. Jumlah Guru lebih sedikit, sedang jumlah Datu lebih banyak.

Beberapa Guru yang populer abad ke-16 di kalangan orang Batak antara lain Guru Tinandangan, Guru Hatia Bulan, Guru Ramiti, Guru Mangaloksa, Guru Manomba Bisa, Guru Patimpus, Guru Sananga Diaji, Guru Humundul, Guru Tatea Bulan,  Guru Somalaing, dan beberapa lagi.

Sedangkan para Datu terdapat pada setiap induk marga, di antaranya Datu Pulungan, Datu Dalu, Datu Parmanuk Holing, Datu Mallatang Malliting, Datu Boru Sibaso Bolon, Datu Horbo Marpaung, Datu Jolma So Begu, Datu Parpansa Ginjang, dan lainnya. ”Ada juga Datu yang dibangkitkan menjadi Guru, sehingga memperoleh kedua predikat kebolehan itu,” kata Dr Sudung yang juga mantan wartawan ini.

Semua sumber ilmu pengetahuan guru dalam buku (pustaha) berawal dari Mulajadi Nabolon, yang mereka tulis sendiri dan ditambah hasil penemuan dan pengalaman baru. Ilmu itu diajarkan terbatas kepada para muridnya, terutama pada Datu. Juga ditulis dalam Buku Pustaha masing-masing guru. Salahsatu buku penting menyangkut’Tingki’ (waktu), yang disebut parhalaan. ”Hampir semua guru memilikinya, dan juga digunakan para Datu setiap kerajaan. Terakhir, banyak para guru menyalinnya dan diberikan kepada para ’Datu’ untuk digunakan,” jelas Dr Sudung.

Mencermati berbagai sumber terutama dari bagian buku Pustaha, tulisan orang-orang Eropah/laporan mereka serta keterangan para orang tua, kesadaran orang Batak tentang Tingki (masa atau waktu) sudah sangat tinggi. ”Tingki atau waktu dalam satu hari pada awalnya terdiri dari 5 fase,”jelas Dr Sudung. Yakni Sogot, kemudian menjadiPangului, selanjutnya Hos, kemudian Guling, dan terakhir Bot. Setelah disadari pembagian itu hanya terjadi di siang hari, maka guru lainnya mencatat waktu malam, yakni samon, sampinodom, tonga, tahuak manuk, dan terakhir torang. Begitulah sirkulasi seterusnya kembali sogot, pangului, hos, guling, bot, samon, Sampinodom, tonga, tahuak manuk, dan torang.

Terakhir para Guru dan Datu Jenius mengadakan pertemuan dan menyepakati, satu hari adalah 24 jam. Dan untuk siang hari, pembagian waktunya yakni Binsar mataniaripukul 6, Pangului pukul 7, Tarbakta pukul 8, Tarbakta Raja pukul 9, Sagang pukul 10,Humara Hos pukul 11, Hos Ari pukul 12, Guling pukul 13, Guling pukul 14, Dua Galapukul 15, Sagala pukul 16, dan Bot Ari pukul 17.

Kemudian untuk malam hari dibagi sebagai berikut, Sundut Mataniari pukul 18, Samon pukul pukul 19, Hatiha Mangan pukul 20, Tungkap Hudon pukul 21, Sampinodom pukul 22, Sampinodom na bagas pukul 23, Tonga Borngin pukul 24, Haroro ni Panangko pukul 1, Tahuak Manuk Sahali pukul 2, Tahuak Manuk Paduahon pukul 3, Buha-buha Ijuk pukul 4, Torang Ari pukul 5.

”Dari pengamatan berikutnya, perbedaan antara hari demi hari disebut dalam istilah perkiraan 1 minggu, sebagaimana terdapat pada kalender Julian,” kata Dr Sudung. Hari Minggu disebut orang Batak Artia. Senin dinamai Suma, Selasa dinamai Anggara, Rabu disebut Muda, Kamis dinamai Boraspati, Jumat disebut Singkora, dan Sabtu disebut Samisara.

Uniknya, kata Dr Sudung lagi, kalau bangsa-bangsa lain memberi nama hari untuk setiap minggu itu sama, maka orang Batak, dari pengamatan dan pengalamannya, hari demi hari dalam setiap minggu ada perubahan. Karena itu, meski dasar-dasar hari itu sama, namun pada minggu kedua, nama hari berubah. Misalnya, hari Minggu pada minggu kedua dinamai Artia ini Aek, Senin disebut Suma Mangodap,  Selasa dinamai Anggara Sampulu, dan seterusnya.

Yang istimewa, para Guru Batak zaman dulu menyadari bahwa setiap tanggal 15 pertengahan bulan adalah Bulan Purnama. Sehingga setiap hari tanggal pertengahan bulan tetap nama harinya, yakni dinamakan Tula. ”Mereka telah menyadari, bahwa rata-rata setiap bulan terdiri dari 4 minggu, dengan setiap hari diberi nama dengan 30 nama hari, dan ada 12 bulan dalam setahun. Mereka juga menyadari adanya tahun kabisat,” jelasnya.

Pengalaman mereka, dari 30 tahun ada 19 kali menggunakan Parhalaan dengan perkiraan hari 354 hari dalam setahun, dan 11 kali dalam 30 tahun menggunakan hari 355. Sehingga dalam penggunaan Parhalaan, dipakai adanya bulan 13 untuk penetapan hari/bulan/tahun. Dengan Parhalaan 2 jenis, yaitu satu yang bulannya 12 satu tahun, dan satu lagi untuk tahun kabisat dengan perkiraan bulan ke-13 dari 30 tahun itu. Sedang rata-rata seluruh bulan tetap dihitung 30 hari.

Perhitungan tahun Batak atau permulaan Tahun Batak dimulai saat terbenamnya Bintang Orion di ufuk Barat, atau saat terbitnya Bintang Scorpio (Hala) di langit sebelah Timur. ”Dengan demikian, tergambar hubungan Bulan-Bintang-Bumi, dan Matahari dengan manusia yang menghuni bumi,” jelasnya.

Para Guru dan Datu Batak juga menyadari perubahan musim kemarau dan musim penghujan serta musim pancaroba (peralihan). Itulah yang menjadi dasar dan pedoman untuk melakukan penanaman padi, penangkapan ikan, perburuan, maupun peperangan, serta pengaruh terhadap kesehatan dan penyakit. (bersambung).

Sumber : http://dameambarita.wordpress.com

Kamis, 22 September 2011

PADAN SIALLAGAN-TURNIP-SIMATARAJA (Simarmata-Saragi Tua)

Hot ma maringanan Ompunta Simata Raja di tano na pinillitna jala na ditodo rohana na gabe golatna na boi warishononna tu pinomparna di sogot-sogot ni ari. Tung gomos do i dihaposi rohana, marhite-hite tudu-tudu ni alatanna na boi dijaha ibana Paralamat na sintong i, ia luat Simarmata na ingkon sada luat na tarbarita di na humaliang hombar balokna, na gabe sada harajaoan na balga muse. Sitorop pangisi di angka anak na marsangap dohot di boru na martua. Jala na boi suman tu ibana gabe jolma na bisuk jala na marroha na boi gabe anak Sibulang-bulangan jala na boi sipatujoloon di bagasan huta nang di parserahan pe sahat tu desa na ualu.

Sai dihasiholi rohana do mardalami humaliang luat Simarmata na mansai denggan parpeakna mangadopi Tao Toba na Uli i. I ma na marparbalohan dohot Rahut Bosi, luat Simanindo. Mulai sian Sidaji manopi-nopi pasir sahat tu Tandarabun na marparbalohan dohot Parbaba. Sian topi ni pasir Tao Toba, sahat tu Dolok Sihusapi dohot Pinto sahat tu Sanggar Nalantang marparbalohan tu Harangan Dolok. Di dolok Sihusapi i jumpa Simata Raja ma sada Aek na haruar sian bagasan garda ni batu na pir di robean ni Sigornang di goari do "Aek Sigornang". Mansai tio do aek mual i. Didok barita jotjot do najolo Simata Raja laho maridi tusi huhut mangalap aek na tio i.

Nang tu angka tingki na parpudi on pe tung tangkas do tarbarita Aek Sigornang on, godang do na mandok molo laho tusi maridi, gabe malum do sahit ninna. Dihaposi rohana do i manang sahit dia pe sahitna, molo diparidi Aek Sigornang i malum ma sahitna. I do alana angka marga Simarmata dohot Boru pe, godang ro sian pangarantoan holan haporluan na mangalap Aek Sigornang.

Alai songon halak Kristen hita naung porsea di Goar ni Tuhan Jesus Kristus ringkot do manat hita marpingkir taringot tusi. Ai Tuhanta i do Pargogo na so Hatudosan na tuk pamalum angka sahit, asal ma tahaposi Ibana. Ala parroha na bisuk jala gok hapistaran do Ompunta Simata Raja torop do halak na ro mangalualu laho mangido pangurupion tu ibana, jala ndang marnaloja ibana laho paturehon angka na masa na niadopan ni Haha Anggi, Parboruon, songon i nang Dongan Sabutuha, Dongan Tubu pe.

Songon i ma sahali na masa najolo na ni adopan ni Dongan Tubu Turnip dohot Siallagan di luat Rahut Bosi di Simanindo. Na masa hagunturon sada gora bolon diadopi nasida di huta nasida i. Di siala na ro musu na sai mangarampok arta nasida na di balian nang na di bagasan huta pe. Maradu dipasuda suda nasa suansuanan nasida isara eme, jagung, gadong nang angka pinahan pe na boi dapot musu i. Nunga marulakulak sai ro musu i tu Huta Rahut Bosi-Simanindo marhite na marsolu sian bariba tao na di luat Simalungun. Ndang tuk margogo pangisi ni luat i laho mangadopi haroro ni musu i holan na monggop laho martabuni na ma nasida ala ni biar ni rohana.

Sai marpingkiri ma Raja Turnip dohot Raja Siallagan, dia ma tagamon na boi sipatupaon laho manaluhon musu na sai marulakulak ro i. Manghatai ma natuatua dohot Raja ni luat i, i ma Raja Turnip dohot Raja Siallagan, sahata saoloan ma nasida mandok: "Holan sada do na tuk margogo mangurupi hita, ima Panglima na barani goarna Simataraja Raja Simarmata". Nunga tangkas tarbarita habisuhonna dohot hapistaranna na mamboan hamonangan ibana na patotahon tano golat ni Ompu Saragi Tua na adong di Luat Tamba. Na gabe hot tano golat warisan na sahat tu pinompar ni Simata Raja na adong maringanan di Luat Tamba.

Sude do halak manghatindangkon habisuhon dohot hapistaran na adong di ibana, na margogo jala na marsahala laho paturehon angka na masa na ni adopanna, jala na mamboan hasil na denggan na marparbuehon dame dohot hademahon di bagasan sonang ni roha. "Satolop ma sude nasida mandok,

"Tajou ma Dongan Tubunta Simataraja Raja Simarmata asa ro mangurupi hita, holan ibana do na diharaphon rohanta na boi mangurupi hita di masa on. Ai ndang tartaon hita be porsuk ni panghilalaonta siala hajahaton na binahen ni musunta i"
. Nunga tung mabiar situtu nasida, ala ndang boi taralo nasida musu na ro i. Ndang tarbahen nok be simalolong modom, hinorhon ni na patagamtagam haroro ni musu na naeng ro i.

Dipaborhat Raja Turnip dohot Raja Siallagan ma na laho manjou Simataraja Raja Simarmata huhut disuru mamboan sada "Hoda Sigaja na bara" na songon togu-togu ro asa adong, hoda sipasang-pasangonna (sibatakon) naeng ro tu Huta Rahut Bosi. Denggan ma nasida manghatai dohot pangalapi na ro i na tangkas marboaboa taringot tu na masa na ni adopan nasida di Rahut Bosi. Dung i ditangkasi Simata Raja paralamat na sintong i, sadihari ma ari na uli jala ari na denggan huhut ari na tiur, asa tiur pardalanan jala tiur mandapot hamonangan laos dipaboa ibana ma ari harorona tu Rahut Bosi.

Di na sahat ibana tu Rahut Bosi nunga marpungu sude pangisi ni luat i, jadi marolopolop ma nasida huhut marlas ni roha jala marhoras-horas marhite soara na gogo mandok :
Andalu ma pangkirean ni bonang musu ma na talu, hita ma monang.

Songon i ma di jouhon nasida di balga ni las ni roha manomu-nomu haroro ni Simataraja Raja Simarmata Partahi jala Ulubalang na gogo i. Marhata sidenggan-denggan ma nasida marhite na tangkas marboaboa na masa na niadopan nasida ala ni musu na sai ro mangarampoki angka ugasan nasida.

Denggan ma dialusi Simata Raja nasida. "Hamu Dongan Tubu na di luat on, nunga rade rohangku mangoloi elek-elek muna. Alai marsada ni roha ma hita songon dai ni aek, unang mardua songon dai ni tuak. Asa naeng hita marsada ni roha sahata saoloan jala sada janji ingkon olo do hita marsiurupan laho patupahon angka na ringkot siparadeonta na laho mangalo musu na ro i. Di bagasan saminggu on asa sude hita marpiu tali ijuk sagodang-godangna sungkup pangkeon. Pinangido muse tu sude natuatua asa rade sude manggana hau ni pisang (batang pisang) mambahen Halak-halak (orang-orang), tung mansai jorbut do idaon hau ni pisang dung digana suman tu rupa ni jolma".

Alai inanigor dialusi sude marga Turnip dohot Siallagan i ma mandok: "Rade ma hami Ampara Sidoli, na olo do hami ajaranmu laho patupahon i". Dung i diparentahon Panglima na barani jala na gogo i ma tu sude pangisi ni huta i huhut didok" Di bagasan saminggu on unang ma jolo adong na haruar sian huti on Diajari ma parangan ni luat i huhut diurupi patindanghon halak-halak i di topi ni Tao Toba i, mulai sian pasir ni Rahut Bosi sahat tu Simanindo. Laos diatur ma sude halak-halak i marhite na disuruk dohot tali na piniu nAsida i, huhut ma boi sipatogutoguon, molo ditarik berengon ma halak-halak i songon na menembak na ro i.

Di sada tingki nunga holom ari tarboto ma na naeng ro ma musu i sian bariba tao i, laho sahat ma solu nasida mandapothon Rahut Bosi. Dung jonok musu i tu halak-halak na jorbut i, tompu ma marhite soara na gogo situtu Panglima Perang Ompu Simata Raja mengalehon komando "TEMBAK", jala laos sude ma pangisi ni luat i marsoara na gogo mandok TEMBAK. Dipatarik-tarik ma muse tali ijuk na mangarusuk batang pisang i, jorbut ma tutu idaon songon parangan na laho manembak musu na ro i. Tarsonggot situtu ma musu i jala mabiar huhut bajogiton mamereng orang-orangan i na suman songon na manembak nasida. Humalaput be ma nasida manghusor soluna, pola do sama nasida masironsangan jala adong na harom soluna. Dung i hatop ma mulak musu i sian i tu hutana, jala mulai sian i ndang hea be ro musu i tu huta Rahut Bosi. Sonang ma panghilataan ni pangisi ni luat i ndang be hea hariboriboan.

I ma sada HAMONGAN ni Simata Raja na manjalo togutogu ro sian Raja Turnip dohot Raja Siallagan. Di las ni roha nasida dibahen nasida ma Pesta Bolon, na mandok mauliate tu Amanta Debata, na paluahon nasida sian parmaraan na jorbut i. Huhut muse pataridahon las ni roha nasida mandok mauliate tu Simata Raja na mamboan barita Hamonangan na balga i. Laos di pesta i ma dibahen Raja Turnip dohot Raja Siallagan, pangidoan nasida mardongan hata elehelek tu Ompunta Simataraja Raja Simarmata asa rap nasida maringanan di Rahut Bosi Negeri Simanindo. Alai dialusi Simata Raja ma huhut mandok mauliate ma di Dongan Tubu na mangido asa rap hita di huta Rahut Bosi on, alai dumenggan ma hita pabolak luat, luat siingananta be. Anggo ahu hot ma maringanan di luat naung pinarsinta ni rohangku i ma di negeri Simarmata.

Di ujungna muse na boi pajongjong sada luat na otonam na margoar Bius Simarmata na niuluhon ni Raja Sitolu Tali Raja Bius Simarmata. Tona ni natuatua, Marbonsir sian barita na di ginjang i ma na adong siingoton ni pinompar ni Ompunta na mandok hata na somal tabege Dongan Sapadan Turnip dohot Dongan Sapadan Siallagan di hita na Mardongan Tubu. Isi ni padan i:
 

1. Na mardongan tubu Simarmata, Turnip dohot Siallagan asa hot masipasangap-sangapan jala sahata saoloan di hamamasa ni Pesta Adat.
2. Molo mangalumang bagas ni Turnip - Siallagan, boi Simarmata na pahothon so pola manjalo panimbangi dohot sabalikna. 
3. Molo mangarobean horbo ni Turnip - Siallagan, marga Simarmata ma na pahothon dohot sabalikna. 
4. Padan on ingkon ditonahon be sahat tu pinomparna. 


Sumber : Janner Simarmata blog,  Bag 5: Ompu Siraja Batak Dohot Torsa-Torsa Paradaton