Selasa, 26 Juli 2011

TRADISI MANGOKKAL HOLI DAN BENDA-BENDA PENINGGALAN DI MASYARAKAT BATAK

Tradisi Mangokkal Holi di Masyarakat Batak

Tujuan Utama :
Sebagai ajang perwujudan untuk menghormati para leluhur. Lewat mangokal holi juga, yang melakukannya berharap mendapat limpahan berkat, berupa banyak keturunan, panjang umur, kehormatan dan kekayaan.
Poin yang jadi perhatian:
Saat disembelih, darah kerbau sengaja ditumpah ke atas tanah. Agar para pemilik tanah di huta, mendapat rejeki atau berkat, dari acara mangokkal holi yang akan diselenggarakan. Karena dari tanahlah, semua tumbuh.
Kerangka tulang belulang yang sudah puluhan tahun tertanam di dalam tanah ini setelah digali dicuci dengan air jeruk, dan dilumuri kunyit, agar tampak bersih, dan segar. Setelah itu baru dimasukkan ke dalam peti yang sudah disediakan.
Acara sukacita
Kesukacitaan usai meresmikan tugu, diwujudkan pula dengan menjamu seluruh keluarga besar dan tetangga kampung. Yang dihidangkan, daging kerbau dan nasi. Jambar, berupa kepala dan buntut kerbau, diberikan kepada hula-hula atau keluarga pihak istri, sebagai simbol penghargaan buat yang paling tinggi. Sebaliknya pihak hula-hula memberikan ulos sebagai simbol penghargaan kepada leluhur.
Penghargaan buat para leluhur dari pihak hula-hula, dibalas pihak yang melaksanakan dengan memberikan tandok. Ucapan terimakasih, berupa sejumlah uang, yang diletakkan dalam tempat beras atau piring berisi beras dan daun sirih.
Bunyi musik gondang mengiringi dalam banyak kesempatan pada acara ini. Dalam alunan musik khas ini, semua berharap, acara penguburan di tugu  mendapat restu dari Debata atau Tuhan dan Leluhur.
Pagi hari, tiang borotan ditanam di depan rumah leluhur. Tiang borotan ini semacam tiang pancang bagi hewan yang akan dikurbankan. Kerbau ini adalah kerbau khusus ada persyaratan khusus dan pisorannya harus empat. Di pucuk tiang, dipasang kain putih sebagai lambang kesucian. Sebelumnya telah ada acara mengutus sejumlah orang atau boru untuk mencari kayu khusus untuk tiang borotan ini dihutan.
Kerbau ditambat ke tiang borotan, ( kayunya jenis kayu sarimanaik), yang melambangkan seluruh rejeki dari tanah akan naik, sehingga memberikan kemakmuran buat huta mereka. Sebelum kerbau dipersembahkan untuk pesta, ada ritual mangkarihiri horbo, atau memasang sungil-sungil di hidung kerbau, agar kerbau mudah ditarik, dan tidak mengamuk. Ini dilakukan oleh orang dengan kemampuan khusus dan ini mempunyai makna khusus.

Selain kain putih, juga ada ulos pengiring. Maksudnya berkah akan terus mengiringi setiap keturunan. Sementara daun silinjuang yang dipasang, bermakna, setiap generasi yang melaksanakan acara akan menang melawan musuh, dan mengalah terhadap kawan.
Seekor kuda berwarna hitam menjadi simbol persembahan buat Yang Kuasa.
Ada kesempatan keluarga yang hadir menari marnotor, mengelilingi tiang borotan, sebagai ungkapan sukacita dan acara untuk membawa tulang belulang ke tempat yang baru segera dimulai.
Sering terjadi ketika tulang belulang para leluhur ditempatkan di tugu, langit menurunkan tetesan airnya mengiringi prosesi tersebut. Menurut kepercayaan, jika hujan turun ketika mangohal holi, berarti berkah akan turun melimpah bagi kehidupan penyelenggara.
Setelah memasukkan tulang belulang leluhur ke tempat persemayaman yang baru, kembali berlanjut. Kerbau berikutnya dipotong dan disajikan kepada para tamu undangan.
Disini dibagikan jambar, bagian kepala, dan buntut untuk hula-hula. Satu paha  untuk tuan rumah, sedangkan bagian perut dan daging di bagian leher untuk pihak boru. Bagian yang tidak bertulang lainnya untuk disantap bersama
Pesta mangokal holi masih bisa berlanjut, terkadang bisa  hingga sepekan dengan mempersembahkan kerbau muda dan kerbau pilihan kepada keluarga dan undangan yang datang.
Bagi pelaksana , mengangkat martabat sebuah marga, adalah dengan menghormati orangtua dan para leluhurnya. Lewat rangkaian ritual mangokkal  holi, niscaya tercapailah hasangapon atau kemuliaan sebuah marga. Kebanggaan yang timbul  karena rasa hormat dan diharapkan dengan acara ini huta akan mendapat berkat, yang dapat mendapat berkat, pelaksana mendapat berkat dan hasangapon.

Benda benda peninggalan masyarakat Batak

HOMBUNG : Peninggalan lama, dibuat dari kayu pinasa, diukir motif gorga Batara Siang. Dipakai untuk tempat harta don barang pusaka lainnya. Hombung ini juga berfungsi sebagai dipan untuk tempat tidur pemiliknya (Kepala rumah tangga).

RUMBI :Bahan dari batang pohon nangka, digunakan untuk tempat harta dan barang pusaka.

SAPA  : Sejenis pinggan dari kayu nangka tempat nasi untuk makan bersama (sekeluarga). Istilah Sapa-nganan adalah identifikasi dari keadaan makan bersama dari Sapa, artinya Sapanganan identik dengan kaum kerabat, keluarga dekat.

POTING : Bahannya dari bambu, tali ijuk don rompu hotang digunakan untuk tempat mengambil air dari sumber air untuk persediaan air di rumah.

TABU-TABU : Bahan dari buah labu tutupnya dibuat dari kayu bentuk patung, dulu digunakan untuk tempat air minum dan dewasa ini banyak digunakan sebaqai hiasan.

HUDON TANO    : Periuk dari tanah liat yang digunakan untuk memasak ikan dan sayuran.

PARRASAN :Bahan dari baion logen (sejenis pandan) dianyam, digunakan untuk tempat beras.

HADANG HADANGAN (1) : Sejenis tas tangan tempat belanjaan atau barang barang bawaan waktu berpergian. Bahannya dibuat dari baion (login) dianyam secara khusus diberi bertali sehingga praktis untuk di bawa-bawa.

HADANG HADANGAN (2) : Serupa dengan di atas tetapi lebih kecil, digunakan untuk tempat garam.

HAJUT PARDEMBANAN : Dibuat dari daun pandan, dianyam sedemikian indah untuk tempat sirih dan kelengkapannya. biasanya digunakan oleh kaum ibu.

HAJUT-HAJUT : Hajut Pardembanan motif lain dibuat dari daun Pandan Simata dan Kain merah. Berasal dari daerah Angkola.

TEMPAT TEMBAKAU       : terbuat dari kayu yang yang tutupnya diukir.

LEANG (1) : Dibuat dari kuningan dan tembaga, diukir dengan motif khusus Singa-Singa, dipakai sebagai hiasan pelengkap kebesaran. Dipakai pada waktu pesta oleh kaum laki-laki.

LEANG (2) : Bahannya dari kuningan, tembaga dan simbora, dipakai oleh kaum ibu waktu pesta-pesta.

GOLANG : Bahan dari kuningan, diukir ragam hias Singa-Singa dipakai oleh kaum Bapak.

SIBONG SITEPAL : Kerabu Batak, dibuat dari kuningan dan emas batak digunakan sebagai penghias telinga oleh kaum ibu dan bapak.

SIBONG OTTOK-OTTOK : Kerabu batak jenis lain dipakai oleh kaum wanita sebagai perhiasan.

SORTALI (1) : Bahan dibuat dari tembaga, disepuh dengan emas batak ditempelkan paada kain merah, dipakai untuk ikat kepala (Mahkota) laki-laki pada pesta-pesta besar.

SORTALI (2) : Serupa dengan Sortali kaum lelaki, tetapi motif ini khusus untuk wanita.

TAGAN : Tempat barang berharga (barang-barang Mas dan Perak) dibuat dari kayu keras (Pokki). Diukir dalam bentuk dan komposisi yang harmonis.

LAGE-TIAR : Dibuat dari “bayon login” = daun pandan, dianyam dipakai untuk alas/tempat duduk don tempat tidur.

SENI UKIR DAN UNING-UNINGAN - SENI UKIR DAN PATUNG GORGA 

ULU PAUNG : Bahan dari hariara pulut digorga dalam tiga warna (merah, putih don hitam). Bentuknya termasuk ornamen Raksasa. Ditempatkan dipuncak wuwungan rumah atau sopo. Ulupaung diyakini sebagai lambang keperkasaan dan perlindungan terhadap seisi rumah, sebagai penjaga setan-setan dari luar kampung.

JENGGAR (1) : Hiasan pada bagian tengah tombonan adap-adop dan halang godang. Diyakini mampu mengusir setan yang mau masuk kedalam rumah. Digorga dalam tiga warna dipakai untuk ruma gorga.

SANTUNG SANTUNG : Hiasan vertikal tergantung di ujung dila paung dihias dengan gorga Gaya Dompak sebagai symbol kebenaran dan tegaknya hukum.

GAJA DOMPAK DORPI JOLO (1) (2) (3) (4) : Ditempatkan pada dinding depan (dorpi jolo) fungsinya untuk mengingatkan manusia terhadap tegaknya hukum.

SINGA-SINGA : Salah satu motif singa-singa sopo gorga dibuat dari kayu hariara pulut diberi warna tiga bolit ditempatkan di dinding depan (dorpi jolo) kiri dan kanan. Diyakini sebagai lambang dari wibawa dan symbol keadilan hukum dan kebenaran (duplikat).

TAGANING (1 – 5) : Disebut juga Saridondon, bahannya dibuat dari kayu, rotan dan kulit kambing dipakai untuk pelengkap ogung sabangunan.

OGUNG PONGGORA : Sihutur tolong bahannya terdiri dari perunggu ditempah bulat, ditengah jendul berisi puli (damar) dipakai untuk pelengkap musik berat (gondang sabangunan).

OGUNG PANGALUSI : Sitapi sindar mata ni ari. Bahannya dan fungsinya sama dengan ogung panggora.

OGUNG DOAL : Serupa dengan diatas, nama lainnya Dori Mangambat.

OGUNG OLOAN : Digunakan untuk pelengkap ogung sabangunan.

SARUNE BOLON : Serunai panjang dibuat dari kayu, dipakai untuk pelengkap musik berat (gondang sabangunan).

GARANTUNG : Bahannya dari kayu ringan dipakai untuk alat musik ringan.

Hasapi
HASAPI  : Bahannya dari kayu ringan talinya dari kawat halus atau riman dipakai alat musik ringan (gondang hasapi) don untuk mengiringi lagu.

SARUNE GETEP : Serunai kecil dipakai untuk mengiringi gondang hasapi dan untuk mengiringi lagu. 

TULILA : Bahannya dari bambu dipakai untuk alat musik hiburan terutama ditempat sunyi.

SIGALE-GALE : Wayang Batak diperbuat dari kayu di ukir berbentuk mausia dilengkapi tali-temali yang dapat menggerak-gerakkan, menari, manortor mengikuti gondang dengan kemahiran seorang dalang untuk memainkannya. Tortor sigale-gale diadakan dalam upacara ritus pada waktu kematian seseorang yang berusia lanjut, tetapi tidak mempunyai keturunan.Dahulu acara tor-tor seperti ini disebut upacara Papurpur Sapata. Dewasa ini tor-tor sigale-gale lebih merupakan acara hiburan.

Dunia Mistis
 
TUNGGAL PANALUAN: Bahannya dibuat dari kayu tada-tada, diukir berbentuk manusia, cecak, ular, kala jengking dan binatang berbisa lainnya, patung manusia, bagian atas diberi berambut. Tunggal Panaluan disebut Tongkat Sakti, tongkat sihir penolak bala digunakan waktu pesta Satti, Mandudu dan lain lain.

TUNGKOT BALEHAT : Bahan dari kayu tada-tada diukir bentuk patung manusia mengendarai kuda, kadal, ular dan binatang berbisa lainnya. Dipakai untuk tujuan magik oleh para datu.

SAHAN (1) (NAGA MORSARANG) : Bahan dari tanduk kerbau diukir disumbat dengan tutup kayu berukir dipakai untuk tempat obat oleh para datu, motif toba.

SAHAN (2) (SIBIAKSA) : Sahan motif Samosir, fungsinya soma dengan Sahan, motif Toba.

PISO HALASAN (1) : Bahan dibuat dari besi, suhulnya (gagang) dari tanduk Rusa, Sarong dari kayu dilapis dengan kulit ekor kerbau, Dipakai untuk menyembelih kerbau waktu pesta gondang Sarimatua, Piso Halasan juga digunakan sebagai lambang kebesaran bahwa pemiliknya telah pernah mengadakan pesta besar, mangalahat horbo diiringi gondang Sabangunan. Piso Halasan biasanya disandang dan dikepit di lengan kiri dalam pakaian adat lengkap.

PISO HALASAN (2) : Gagangnya dari tanduk, pisau dari besi baja, sarangnya dari kayu dilapis kulit ekor kerbau pada ujung sarong dibuat tanduk berukir. Fungsinya soma dengan Piso Halasan (1).
SAHAN (3) : Sahan kecil dari tanduk kambing diukir disumbat dengan patung kayu, digunakan oleh datu untuk tempat pupuk.

SONDI : Dibuat dari kayu berukir singa-singa ditunggangi oleh manusia badan berbentuk tabung berukir dari tanduk kerbau. Digunakan untuk tempat pupuk oleh datu.

GUCI PARPAGARAN : Bahan dibuat dari keramik baker dibuat tempat pagar pelindung keluarga dari marabahaya.

HAJO: Guci dibuat dari bahan keramik (tembikar) dipakai sebagai tempat air atau tuak

PATUNG DEBATA IDUP LAKI-LAKI (1) : Duplikat, bahan dibuat dari kayu nangka. Dahulu patung jenis ini sengaja dibuat sebagai perwujutan dari Debata idup (Mulajadi Nabolon silehon hangoluan) dianggap sebagai pelindung bagi kelompok atau marga pembuatnya. Dewasa ini patung jenis ini juga tetap dibuat namun telah berobah fungsi menjadi sejenis hiasan.

PATUNG DEBATA IDUP PEREMPUAN (2) : Duplikat, pasangan dari patung Debata Idup Laki-laki.

PATUNG DEBATA IDUP (3) : Motif lain dari patung Debata idup.

PATUNG AJIDONDA SILINDUAT : Jenis lain dari patung Debata idup Dua buah, patung laki-laki dan wanita dirangkai menjadi satu digunakan untuk upacara magic.

PATUNG SIHARHARI : Terdiri dari dua buah patung kayu laki-laki dan perempuan dirangkai menjadi satu digunakan dalam upacara magic.

TIGA BOLIT : Dibuat dari kain berwarna merah putih dan hitam, dipilin menjadi satu. Dipakai oleh datu sebagai tali-tali.

BONANG MANALU : Bahannya dari benang merah putih dan hitam, biasanya dipergunakan sebagai jimat setelah diberi mantera oleh datu (dukun).

GURI-GURI SIBOANON : Bahan dari porselen digunakan te mpat pagar / Mascot untuk dibawa-bawa.

GURI-GURI TAOR (1) : Bahan dari porselen dipakai untuk tempat taor didalam rumah.

GURI-GURI PARMIAHAN : Guri-Guri tempat pupuk.

PATUNG SITOLU : Bahan dibuat dari kayu dipahat berbentuk tiga manusia menyatu, kemungkinan merupakan gambaran dari tri tunggal mulajadi.

PATUNG SIDUA SAIHOT : Patung kayu dirangkai dengan tali ijuk kemungkinan adalah motif lain dari Debata idup.

BULU SONDI : Jenis lain dari tabung bambu tempat ramuan obat-obatan.

SALUNG : Dibuat dari bambu dipakai untuk tempat minum ramuan obat-obata

TOPENG (1) : Bahannya dari kayu dipakai waktu tari topeng ketika pesta turun.

SONDI TANDUK : Bahannya dari tanduk dan kayu diukir dan dipahat bentuk patung manusia mengendarai hoda-hoda. Dipakai untuk tempat pupuk.

SONDI TANDUK : Bahan dari tanduk rusa berukir tutupnya dari kayu dipahat bentuk patung hoda-hoda, digunakan sebagai tempat pupuk.

POHUNG (1) : Bahannya dari batu, dipahat bentuk manusia Digunakan sebagai patung penjaga kebon setelah diisikan pupuk kedalamnya

PANGULU BALANG : Patung batu digunakan sebagai penjaga kampung dari niat jahat orang lain, biasanya ditempatkan di benteng (parik ni huta).

PATUNG HODA-HODA : Bahannya dari kayu keras, dahulu dibuat sebagai lambang kenderaan kayangan, tunggangan nenek moyang menuju kayangan. Dewasa ini juga dibuat para seniman tetapi fungsinya telah berubah dari tujuan mistik ke tujuan Dekorasi (hiasan).

Koleksi parbinotoan ( ilmu pengetahuan) 

PUSTAHA Duplikat dibuat dari kulit kayu ulim (laklak) bertuliskan aksara Batak berisi ilmu pengetahuan, kalender, mantera dan lain-lain.

PORHALAAN (1) :Kalender Batak, dari bambu (bambu suraton) Ditulis dalam aksara Batak dilengkapi dengan gambar-gambar symbol dari peredaran bulan, digunakan untuk meramalkan hari baik untuk pelaksanaan pesta adat, langkah rejeki dan sebagainya.

PARHALAAN (2) :Bahan dari bambu, diberi bertutup dari kayu diukir berbentuk patung hoda-hoda. Tabung bambu sekaligus tempat pagar (penangkal) fungsi lain sama dengan Porhalaan (1).

PARHALAAN (3) :Fungsinya sama dengan Porhalaan (2), bahannya dibuat dari tulang kering hewan diberi tutup dari kayu berukir.

BULU PARHALAAN (TONDUNG SAHALA) :Bahannya dari kerat bambu lepas, disusun sedemikian rupa digunakan untuk meramal hari baik.

BULU PARTONAAN :Bahan dari seruas bambu kecil, bertutup bambu, digunakan untuk mengirim surat atau pesan penting.

GARUNG-GARUNG SONDI :Tempat menyimpan surat-surat penting, mantera-mantera don lain lain, dibuat dari seruas bamboo besar berukir halus tutupnya artistik.

RUJI-RUJI BINDU MATOGA :Kalender batak dibuat dari tulang rusuk hewan digunakan oleh datu untuk meramal sesuatu.

Alat menangkap ikan
 
SOLU JAMBANG :Sampan jenis lain yang lebih besar dari solu lunjup, biasanya dipakai di air yang tidak mengalir (di danau), fungsinya sama dengan solu lunjup dapat dipakai untuk mengangkut dua orang sekaligus.

HOLE :Bahannya dari kayu dipakai untuk alat dayung.

GOLI-GOLI dibuat dari kayu (papan) dipakai untuk tempat duduk di dalam sampan.

TAHU-TAHU :Bahannya dari bambu, dipakai untuk membuang air yang masuk kedalam sampan.

BUBU TIRI-TIRI :Bahannya dari bambu digunakan menangkap ikan tiri-tiri (ikan kecil semacam ikon teri).

BUBU JAHIR :Bahannya dari lidi ijuk dan tali riman, digunakan menangkap ikon jahir, pora-pora, undalap don lain-lain.

BUBU IHAN :Bahannya dari lidi ijuk (Tarugit) bentuknya lebih besar, digunakan untuk menangkap ikan yang besar-besar seperti ikan mas, ihan dll.

HERENGAN Dibuat dari tarugit digunakan untuk menyimpan ikan tangkapan di dalam air agar tetap hidup sebelum dibawa pulang ke darat.

HIRANG-HIRANG (1) :Bahan dari bambu, dianyam digunakan untuk tempat ikan tangkapan terutama jenis ikan-ikan besar.

HIRANG-HIRANG (2) :Bahan dari bambu, dianyam diberi bertali dari tali ijuk digunakan untuk tempat ikan tangkapan direndam dalam air agar ikan tetap hidup.

HIRANG-HIRANG (3) :Bahan dari rotan dianyam berbentuk bulat, digunakan untuk tempat ikan tangkapan” biasanya digantung diikat pinggang.

Alat senjata dan berburu 

ULTOP (yang dipegang)
ULTOP : Bahan dari bambu, peluru dari biji-bijian, biasa dipakai untuk perang-perangan oleh anak-anak muda sebagai senjata, peluru ultop ini biasanya dibubuhi racun.

PULUR : Peluru anak panah dibuat dari tanah liat dikeringkan setelah dibubuhi racun (untuk perang).

PANA Duplikat busur panah dengan peluru (anak panah) dari bambu atau pakko.

SIOR :Anak panah terbuat dari bambu

HUJUR (1) :dibuat dari besi kuningan dan gagang kayu pakko, dipakai alat berperang. Hujur, dewasa ini juga dipakai untuk berburu.

Parang Khas Batak
PARANG :Alat senjata sejenis golok dibuat dari besi.

PALAIT :Jenis lain dari Tombak dipakai sebagai alat senjata dan alat berburu.

HUJUR BULU :Bahannya dari bambu poso pada ujung bagian pangkad diruncingi digunakan untuk menombak (berburu) binatang.

Alat – alat dapur 

DALIHAN : Tungku, dibuat dari tanah liat, dibentuk bulat setengah bola. Digunakan untuk landasan periuk tanah dan alat memasak lainnya. Tungku atau dalihan ini biasanya harus tiga buah untuk satu tempat masak dan lima buah untuk dua tempat masak.

LOTING : Bahan terdiri dari besi, batu loting tanduk tempat luluk dari luluk dari pohon enau. Dipakai untuk menyalakan api.

HUDON PANGALOMPAAN : Periuk tempat masak nasi, merebus air minum dibuat dari bahan tanah liat.

SUSUBAN : Periuk tanah bentuk lain tempat memasak ikan.

HADANG-HADANGAN : Bahan dari baion, diayam don diberi bertali, dipakai untuk tempat garam, cabe dan lain se-bagainya (rempah-rempah).

GEANG-GEANG : Dibuat dari anyaman rotan, digunakan untuk tempat ikan ataupun Susuban berisi ikan. Biasanya digantung di dapur agar ikannya aman dari intaian kucing.

SONDUK SEAK : Bahan dibuat dari bambu, tempurung dan rotan fungsinya soma dengan sendok bambu.

SEAK-SEAK BORHU : Bahan dari tempurung kelapa dasar dan tutupnya dibuat bertali (dirompu) digunakan sebagai tempat garam.

POTING : Dibuat dari bambu, diberi tali dipakai untuk mengambil air dari sumber air.

LAGE-LAGE : Tikar kecil dari baion dipakai sebagai tempat duduk didapur untuk tempat makan.
Sambilu “Kulit bambu tipis” : Alat yang  digunakan oleh sibaso (Bidan) memotong tali pusat anak yang baru lahir.

PAPENE : Bahan dari kayu keras, digunakan untuk menggiling bumbu masak.

PANUTUAN : Serupa dengan papene tapi lebih besar.

TUTU : Alat menggiling bumbu, terbuat dari batu.

LOSUNG : Terbuat dari kayu dipakai untuk menumbuk sayur-sayuran.

ANDALU : Alat penumbuk (Antan), sebagai pasangan lesung dibuat dari kayu bulat dan keras.

SAPA (2) : Pinggan tempat makanan sekeluarga, dibuat dari kayu nangka bentuk berkaki.

PARANG : Bahan dari besi dipakai untuk pisau dapur.

Alat tenun dan tradisional 

BUSUR HAPAS : Dibuat dari bambu berbentuk busur panah (Sumbia) Digunakan untuk membusur kapas, mengembangkan dalam kondisi merata agar mudah dijadikan benang dengan sorha.

SORHA TANGAN : Bahan terbuat dari kayu, papan dan besi (Kawat). Digunakan untuk memintal benang dari kapas. Roda pemintal degerakkan dengan tangan.

SORHA PAT (1) : Bahan dari kayu, papan dan besi digunakan untuk memintal’ benang dari kapas, Roda pemintal digerakkan dengan kaki. Dipakai pada jaman pendudukan Tentara Jepang di Tapanuli.

SORHA PAT (2) : Motif lain dari Sorha. Banyak digunakan pada jaman pendudukan tentara Jepang di Tapanuli Utara (Tanah Batak).

PANGUNGGASAN : Dibuat dari bambu, fungsinya untuk menegangkan memadatkan benang. Diolesi dengan campuran air tajin dan nasi lembek.

UNGGAS : Bahan- terbuat dari ijuk digunakan untuk mengoleskan kanji (air tajin dan. nasi lembek) untuk menegangkan benang.

SOSA : Alat membuat gatip-gatip pada motif ulos. Bahan terdiri dari Seak-seak (tempurung kelapa) bahan pewarna dan bulu ayam.

ANIAN : Bahan dari kayu jion dan pakko, digunakan untuk merakit benang sebelum ditenun.

TUNDALAN (PAMUNGGUNG) : Bahan dari kayu nangka dipakai untuk sandaran pinggul waktu bertenun.

TALI PAPAUT : Bahan dari tali ijuk dipakai waktu bertenun, fungsinya untuk menghubungkan panunggung de-ngan Pagabe.

PAGABE : Bahannya dari pakko, digunakan menjepit benang tenun sekaligus pemegang benang.

BALIGA : Bahan dari pelepah daun enau (hodong) digunakan untuk memapatkan benang tenunan.

TURAK : Bahannya dibuat dari bambu dipakai untuk menghantar benang sirat kain tenunan.

HASOLI : Dibuat dari lidi, digunakan untuk gulungan benang sirat didalam turak.

SOKKAR : Bahannya dari kulit hodong (ruyung) kedua ujungnya dibuat runcing, digunakan untuk menegangkan benang guna mengatur pola tenunan.

HATULUNGAN : Bahan dari kayu, digunakan untuk pemisah benang tenun, mengatur pola dan baris-baris benang.

HAPULOTAN : Bahan dari kayu, fungsinya untuk mengatur benang tenun supaya tidak simpang siur.

BALOBAS : Bahannya dari ruyung, digunakan untuk merapikan benang yang akan ditenun.

LILI : Dibuat dari ruyung, digunakan untuk mengatur corak warna kain tenunan.

PAMAPAN : Bahannya dari ruyung, digunakan untuk gantyungan benang yang ditenun.

SITADOAN : Bahan dari kayu, digunakan untuk landasan kaki waktu bertenun.

BALIGA SIRAT : Bahan dibuat dari pakko, digunakan untuk merapatkan (memapatkan) benang pada ujung kain ulos yang telah siap ditenun bersisikan rambu.

ALAT-ALAT PERTANIAN 

ANSUAN : Bahan dari batang pohon enau (pakko) dipakai untuk mengolah tanah sawah pada tahap permulaan (sebagai cangkol).

ORDANG : Bahan terbuat dari pakko, digunakan untuk alat melobong tanah untuk tempat benih padi ditanami, biasanya di lahan kering dengan tanah keras.

PANASAPI : Gagang dibuat dari pakko mata dari tulang sasap (belikat) kerbau, dipakai untuk membersihkan dan meluruskan pematang sawah.

PANGALI :Gagang dibuat dari kayu mata dari besi, dipakai untuk menggali tanah disamping fungsi lain seperti Panasapi.

SORHA-SORHA : Bahannya dari pakko, kayu, dipakai untuk perlengkapan membajak sawah jika menggunakan seekor kerbau.

AUGA : Bahannya dari kayu dan pakko, perlengkapan membajak sawah dengan menggunakan duo ekor kerbau.

NINGGALA : Dibuat dari kayu jior dan pakko, dipakai alat membajak/ menggemburkan tanah ditarik oleh kerbau.

SISIR : Dibuat dari kayu, pakko dan bambu, digunakan untuk menggemburkan tanah dalam proses lanjutan setelah siap dibajak.

TOPPI : Bahan dibuat dari Rotan, dianyam digunakan untuk mengikat leher kerbau waktu membajak/ menyisir sawah.

HUNDALI :Terbuat dari kulit kerbau biasanya dari bagian leher. Digunakan untuk mengikat Ninggala/Sisir dengan sorha atau auga waktu membajak sawah.

TEAL-TEAL : Bahan dibuat dari pakko dan kayu digunakan untuk kendali kerbau waktu membajak.

BATAHI (1) : Dibuat dari bambu digunakan sebagai cambuk pemukul kerbau.

GAIR-GAIR SITOLU RAJA : Gair-Gair bermata tiga dibuat dari pakko dilengkapi dengan mata besi, digunakan untuk menggemburkan tanah.

TALI HOTANG : Bahan dari ijuk pada kedua ujungnya terdapat duo buah tuhe dari bambu digunakan untuk menentukan atau meluruskan pematang sawah.

ROGO PANDABUI : Tangkainya dibuat dari pakko, dan matanya dari kayu untuk meratakan permukaan sebelum ditanami bibit padi.

GURIS :Terbuat dari kayu dan besi dipakai untuk menyiangi sawah.

HARANG :Sejenis keranjang dibuat dari kulit bambu, digunakan untuk tempat membawa abu dapur atau-pupuk kandang ke sawah untuk memupuk tanaman.

HIRANG : Serupa dengan Harang tapi lebih kecil, biasanya dibawa sekaligus dua buah dengan memakai pikulan atau Hallungan.

OTAM SAMBILU :Terbuat dari kulit bambu (Sembilu) dipakai untuk alat menuai padi, alat ini tidak dipakai lagi dewasa ini.

SASABI RAHAT : Bahan dibuat dari besi dengan gagang dari kayu  tidak dapat dilipat.

AMPANG PARMASAN :Bakul tradisionil Batak Toba terbuat dari rotan, dianyam, isi sekitar 20 liter, digunakan untuk takaran padi. Ampang jenis ini juga digunakan dalam upacara-upacara adat.

AMPANG PAPALIAN : Ampang jenis lain dengan isi sekitar 16 liter digunakan untuk upacara-upacara adat seperti tempat padi dan sijogaron pada upacara kematian orang-orang tua yang sudah beranak, bercucu.

PARRASAN  : Tempat padi atau beras dibuat dari bayon (sejenis pandan) dianyam. Isi sekitar 3 Kaleng ( 60 ltr).

ANDOK-ANDOK :Serupa dengan parrasan tapi kecil isi sekitar 1 Liter, biasanya digunakan tempat nasi (tugo) ke ladang atau waktu berpergian.

SOLUP : Terbuat dari bambu, sebagai takaran padi, atau beras.. Ukuran isi sekitar 2 ltr. Solup tidak sama besarnya, jika terjadi suatu transaksi yang dipakai adalah Solup yang didatangi. Dalam hal ini ada ungkapan adat “Sidapot Solup do naro” artinya kita harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana kita berada.

SAKKAK : Songkok ayam dibuat dari bambu, untuk tempat ayam bertelor dan mengeram.

SAKKAK HERENGAN : Songkok jenis lain dan lebih besar. Dipakai untuk tempat ayam yang baru menetas agar terhindar dari sambaran burung elang.

SUNUT :Tempat anak ayam dari bambu yang dianyam.

TEKTEK PAMBALBAL : Sejenis palu dari kayu ringan digunakan untuk membalbal (memukul-mukul) miang bagot ( pohon aren) untuk mendapatkan nira atau tuak.

HAJO : Tempayan tempat tuak dibuat dari tembikar.

SEAK-SEAK ( BOKKOR ) : Bahan dari tempurung kelapa digunakan untuk cangkir tuak.

TAKKIK :Sejenis tukil (pahat) alat melobang pohon kemenyan untuk mengambil getah kemenyan.

GURIS HAMINJON : Dibuat dari besi dengan gagang kayu untuk mengambil getah kemenyan.

PARANG : Terbuat dari besi digunakan untuk bermacam-macam keperluan pertanian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar